Digital Marketing and Creative Agency in Bali

Multisensory Marketing: Why is it on the Rise?

Pernah dengar istilah multisensory marketing? Apa yang membuat strategi ini populer?

SALES & MARKETING

Annisa Silvia Mulia

8/20/20253 min read

three men sitting while using laptops and watching man beside whiteboard
three men sitting while using laptops and watching man beside whiteboard

Multisensory Marketing: Why is it on the Rise?

Kok sekarang semua brand mulai ngandelin sensory marketing? Let’s break it down.

Multisensory marketing adalah strategi yang mengaktifkan lebih dari satu pancaindra konsumen, nggak cuma visual dan audio, tapi juga rasa, sentuhan, dan aroma. Tujuannya? Biar brand experience makin nempel di kepala (dan hati) customer.

Misalnya, kamu masuk ke toko roti, kecium aroma fresh bread, lighting hangat, dan musik lembut di background toko tersebut. Tanpa sadar, kamu merasa nyaman dan terdorong untuk membeli. That’s the power of multisensory marketing.

5 Indera dalam Sensory Marketing

Strategi ini bisa menyasar satu indra saja, tapi dampaknya akan lebih kuat jika kamu menggunakan pendekatan multisensory. Berikut kelima panca indra yang bisa kamu maksimalkan:

  1. Sight (Penglihatan)

    Visual jadi elemen utama dalam komunikasi brand. Warna, layout, packaging, logo, sampai desain toko. Warna juga punya asosiasi emosional dan budaya tertentu, misalnya, biru = profesional, merah = semangat.

  2. Smell (Penciuman)

    Aroma bisa memicu emosi dan memori. Banyak brand pakai scent marketing untuk menciptakan suasana yang khas. Contohnya, toko roti dengan aroma manis, atau hotel dengan signature scent.

  3. Taste (Pengecap)

    Cocok banget buat bisnis F&B. Strategi seperti free sampling di supermarket adalah contoh classic sensory marketing yang efektif. Kalau rasanya cocok, konsumen cenderung beli.

  4. Sound (Pendengaran)

    Musik bisa mempengaruhi mood konsumen. Banyak brand yang pakai jingle atau musik latar yang khas biar lebih mudah diingat. Bahkan suara notifikasi aplikasi bisa jadi ciri khas!

  5. Touch (Sentuhan)

    Tekstur packaging, material produk, atau desain toko juga punya efek besar. Misalnya, saat beli kain, kamu akan meraba dulu kualitasnya. Itu bentuk engagement sensorik yang membangun kepercayaan.

Why Is It Rising Now?

Saturated Market = Brands Must Stand Out
Di tengah lautan konten dan produk, sensory marketing bikin brand lebih memorable. Ketika semua brand berlomba lewat digital, pengalaman yang "terasa nyata" jadi kunci diferensiasi.

Emotional Connection is the New Currency
Sensory stimulation menciptakan keterlibatan emosional. Contoh: aroma khas kopi dari suatu kedai bisa bikin kita merasa "homey" dan stay longer. Emotional bond ini ngaruh, lho Huupers!

Rise of Experiential Retail & Phygital Spaces
Bukan cuma online, brand mulai fokus ke hybrid experience. Dari flagship store, pop-up booth, sampe kemasan produk. Semuanya didesain buat engage lebih banyak senses.

Gen Z & Millennials Crave Sensations
Mereka bukan cuma beli produk, tapi experience. Semakin immersive, semakin mereka share. Multisensory jadi cara halus untuk mengundang UGC (user-generated content) organik.

How Brands Use Multisensory Elements

Visual: Branding dan packaging yang bold. Warna yang digunakan bisa memicu emosi. Contohnya CELINE, dengan tone visualnya clean, monochrome, dan edgy. Campaign-nya selalu punya look yang bisa langsung dikenali.

Audio: Suara notifikasi, jingle, atau bahkan ASMR campaign. Seperti “ta-dum” sound dari NETFLIX yang selalu muncul sebelum film mulai, udah jadi signature global.

Taste: Sampling produk, collaboration dengan F&B.

Touch: Tekstur packaging, pop-up tactile installation layaknya Dior Beauty yang sering menggunakan elemen emboss dan material mewah di cushion, compact, dan perfume bottle-nya, menciptakan tactile luxury experience.

Scent: Signature aroma di outlet. Seperti HMNS, local perfume brand yang lagi booming. Storytelling setiap aroma dikemas keren dan relatable (kayak “Orgasm,” “Alpha,” dll), bahkan ada scent bar di offline store mereka.

Manfaat dari Penggunaan Strategi Sensory Marketing

Kalau tadi kita udah bahas soal konsepnya, sekarang kamu mungkin bertanya-tanya, “Apa aja sih keuntungannya buat brand?” Ternyata, sensory marketing punya dampak bisnis yang signifikan, seperti membangun brand awareness, meningkatkan brand recognition dan recall, meningkatkan kepuasan pelanggan, memperkuat hubungan emosional brand-customer juga meningkatkan repurchase intention.

So, What Can We Learn?

Multisensory marketing bukan sekadar gimmick. Multisensory marketing adalah bentuk storytelling yang lebih dalam, yang nempel dan susah dilupain. Dengan memahami cara otak dan emosi bekerja, brand kamu bisa membangun experiential presence yang relevan dan resonate ke audience mereka.

Di era attention economy kayak sekarang, brand yang menang bukan yang paling rame, tapi yang paling nyantol. And multisensory? That’s one sticky way to go.

Kalau kamu lagi cari partner buat develop multi sensory brand experience yang lebih immersive seperti pembahasan tadi, HUUP bisa bantu! Let’s talk through WA!